Jakarta, 13/7 (ANTARA) - Indonesia mengajak dan menghimbau dunia internasional untuk memberikan perhatian secara serius dan nyata dalam menyelamatkan terumbu karang serta sumber daya perikanan yang berada di wilayah Segitiga Karang. Pasalnya,selama ini wilayah Segitiga Karang yang merupakan wilayah lautan dikenal kaya akan biodiversitas biologi serta besarnya potensi kekayaan hayati laut. Hal tersebut telah disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan,Sharif C.Sutardjo dalam Forum Rio +20 akhir Juni lalu.

     Dalam panggung dunia tersebut, Sharif menyatakan kesiapan dan komitmennya terhadap program-program  Coral Triangle Initiative-Coral Reefs, Fisheries and Food Security  (CTI-CFF) dengan menjadikannya sebagai kerangka kerja pelaksanaan dari konsep ekonomi biru ( blue Economy ).  "Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa kesamaan dengan Prinsip-Prinsip Penuntun CTI-CFF yang mengedepankan pendekatan konservasi biodiversitas yang berpihak pada masyarakat," sambungnya.

     Jika ditilik, maka konsep ekonomi biru difokuskan pada sektor kelautan dan perairan, yang juga menekankan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan daya dukung lingkungan sehingga dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat luas. Di sisi lain lanjutnya, ekosistem kelautan yang sehat dapat menunjang hajat hidup masyarakat, serta pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Penerapan konsep ekonomi di sektor kelautan dan perikanan diharapkan dapat mendorong pembangunan ekonomi yang lebih seimbang antara pemanfaatan sumber daya dan upaya melindungi lingkungan. Hal ini karena akan lebih banyak aktivitas ekonomi yang berkembang di sektor kelautan dan perikanan. Dengan konsep itu pula diharapkan terjadi perubahan orientasi kebijakan dan keseimbangan antara pembangunan berbasis daratan dan kelautan.

     Sementara itu, Forum Rio+20 menyepakati untuk memperkuat komitmen bersama terhadap pelaksanaan program-program CTI-CFF yang tertera pada Rencana Aksi Regional (RAR) dan Rencana Aksi Nasional (RAN).  Rencana Aksi yang sangat komprehensif dalam berbagai program pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan tersebut merupakan hasil dari kesepakatan enam negara ketika mendeklarasikan terbentuknya inisiatif regional CTI-CFF pada 2009 silam di Manado.

     Selain itu, Rio+20 sepakat untuk menekankan pentingnya pengelolaan sumberdaya laut dan pantai. Pasalnya pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan dan  adaptasi terhadap perubahan iklim. Jika ditinjau secara strategis, maka inisiatif tersebut telah menetapkan tujuan-tujuan dan aksi prioritas regional untuk menangani berbagai ancaman besar terhadap keberlanjutan hayati laut dan sumberdaya perikanan di kawasan segitiga karang. Hal tersebut ditandai dengan berbagai aksi prioritas dari negara-negara dunia yang mencuat di dalam berbagai perundingan. Pada panggung keilmuan dunia (CTI-CFF) tersebut, telah dihadiri lebih dari 150  ilmuwan, praktisi dan pemerintah dari negara anggota dan terdapat sekitar 170 naskah akademik yang disampaikan dalamberbagai sesi.

     Selain itu dalam waktu dekat, Indonesia akan mengikuti Simposium Internasional mengenai Terumbu Karang (International Coral Reefs Symposium - ICRS) di Cairns, Australia. Simposium ini nantinya, akan membahas tentang pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang terumbu karang dalam upaya membangun kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Rencananya Pemenrintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), akan memberikan paparan mengenai kondisi terumbu Karang di Indonesia.  ICRS merupakan kegiatan simposium ilmiah yang akan berlangsung selama lima hari dan dihadiri sekitar 2,500 ilmuwan yang berasal dari lebih 80 negara, untuk mendiskusikan penelitian dan perkembangan terakhir dari teknologi terumbu karang.  "Hasil penelitian para ilmuwan tersebut sangat penting bagi perkembangan penyusunan kebijakan pengelolaan sumberdaya terumbu karang di berbagai belahan negara di dunia," jelasnya.

     Dr. Lubchenco berkesempatan sebagai pembicara utama yang mewakili Indonesia, dengan mengangkat tema "CTI-CFF adalah cerita tentang kepemimpinan, kemitraan dari banyak disiplin dan antar disiplin para pihak, kelompok pemerhati, dan ilmu pengetahuan untuk mengembangkan dan melaksanakan berbagai solusi kreatif untuk menjawab berbagai tantangan di sektor ketahanan pangan, ditengah perubahan iklim dan pengasaman laut"

     Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Indra Sakti, SE, MM, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP.0818159705)